Seniman kriya dan pendiri Cinta Bumi Artisans, studio kriya yang lahir dengan menggabungkan tiga nilai kunci: kearifan lokal (indigenous wisdom), keahlian dalam penciptaan kriya (artisanal craftsmanship), dan inovasi berkesadaran (mindful innovation). Cinta Bumi Artisans berbasis di Ubud, Bali, namun sebetulnya bermula di Lembah Bada, Poso, pada 2015. Saat ini ia tengah mengembangkan kriya Ranta/Fuya (kain kulit kayu) dengan kelompok perempuan pengrajin di Lembah Bada untuk melestarikan warisan budaya non-benda tersebut, yang mengandung nilai sejarah tentang posisi dan kekuatan (termasuk kekuatan kosmologi) perempuan di Sulawesi Tengah sebelum masuknya agama baru dan perdagangan. Ia juga giat menekuni praktik pewarnaan alami pada kain dan serat sebagai bagian dari upayanya memperjuangkan sandang yang aman dan nyaman bagi manusia dan lingkungan, baik melalui lokakarya, wisata edukasi, maupun tulisan. Selain aktif di bidang kriya, ia kerap menulis catatan perjalanan dan cerita pendek sejak 2008. Karya-karyanya pernah dimuat antara lain di Suara Merdeka, Chic, Langit Perempuan, Garuda In-flight Magazine, dan National Geographic Traveler Indonesia.