Peretas Berkumpul adalah ruang pertemuan bagi para perempuan pekerja seni budaya dengan keragaman gagasan dan ekspresinya untuk mendiskusikan pengetahuan dan praktik seni budayanya secara kritis.
Panggilan terbuka berlaku bagi siapa saja yang mendefinisikan diri perempuan, WNI berusia di atas 18 tahun (pada Februari 2019), pencipta (penulis, aktor, perupa, penari, pemusik, pesuara, perupa gerabah, perupa kain, peramu masakan, dsb), cendekia, kurator, kritikus atau pelaku kegiatan lain yang bersifat memperkaya dan memajukan ekspresi kebudayaan perempuan.
Para perempuan pekerja seni yang sangat terbatas aksesnya (terancam ekspresi gendernya, penyandang disabilitas, ibu dengan anak yang masih menyusu atau lainnya) didorong untuk melamar.
Peretas Berkumpul telah berlangsung di Poso, lokus para pemilik seruan “Pakaroso!” – ajakan untuk saling menguatkan dalam Bahasa Pamona. Pakaroso adalah seruan dengan cerita yang panjang soal saling menguatkan di Tana Poso. Seruan itu dipopulerkan kembali oleh aktivis penjaga Danau Poso, sementara penguasa menggunakan kata Maroso yang artinya kuat (tapi tidak selalu berarti saling menguatkan). Jadi Pakaroso juga adalah bahasa yang digunakan untuk berhadapan dengan Maroso, sebuah tandingan bahwa kuat saja tidak cukup jika tidak saling menguatkan, dan hanya akar rumput yang punya semangat itu.
Bekerja sama dengan Institut Mosintuwu yang dikenal sebagai gerakan perempuan akar rumput untuk perdamaian dan keadilan dengan jalan kebudayaan, Peretas Berkumpul 01 Pakaroso! mengajak para perempuan menengok narasi-narasi yang telah dilahirkan dari pengalaman perempuan, menentukan strategi kerja seni budaya dalam jaringan perempuan yang lintas batas, yang saling menguatkan kerja perempuan secara kolektif.
Lima puluh peserta Peretas Berkumpul: Pakaroso! adalah:
Amanatia Junda Solikhah, Ana Rosdianhangka, Andi Rezky Hardiyanti, Asrida Elisabeth, Astrid Reza, Ayunin Widya Risya, Ayunita Xiao Wei, Brigitta Isabella, Citra Hasan, Dea Widya, Efi Sri Handayani, Eliza Vitri Handayani, Fatikha Yuliana, Hanna Alfikih, Harjuni Rochajati, Hildawati, Hindra Setya Rini, Indah Darmastuti, Jayu juliastuti, Kezia Alaia, Lia Fitriani, Lica Veronika, Linda Rossince Tagie, Luna Kharisma, Lusiana Limono, M.I. Wilma Chrysanti, Maria Ludvina Koli, Maya, Maya Sandita, Muslimaniati, Neni Munthi Rima Sembiring Brahmana, Ni Putu Citra Sasmita, Nor Qoidatun Nikmah, Novieta Tourisia, Nur “Wucha” Wulandari, Radni Thiemann Beelt, Rafika Dian Anggraini, Rahmadiyah Tria Gayathri, Rena Amalika Asyari, Restiana Purwaningrum, Rhidian Yasminta Wasaraka, Rinta Yusna, Riyana Rizki Yuliatin, Sri Hartatik, Syska Liana, Trianingsih, Vita Agustina, Widya Pratiwi, Wulan Andayani Putri, Yessy Sinubulan.