Lini kegiatan riset dan publikasi Peretas menginisiasi penerbitan sebuah buku antologi untuk mengumpulkan dan mendiskusikan ragam metode kerja seni-budaya yang berperspektif feminis dan yang bersumber dari kejamakan pengalaman di Indonesia. Untuk mewujudkannya, kami telah melibatkan tiga editor, yaitu Dewi Candraningrum, Helly Minarti, dan Martha Hebi, yang merumuskan kerangka dasar pemikiran buku ini dan akan menggawangi proses penyuntingannya.
Disusun oleh Dewi Candraningrum, Martha Hebi, dan Helly Minarti
Keterlibatan perempuan dalam kerja seni-budaya di Indonesia—baik dalam ranah produktif (penciptaan/artistik) maupun reproduktif (non-artistik)—sejatinya cukup besar, mendalam dan signifikan, meskipun kenyataannya narasi dan visibilitas yang diproduksi dan diedarkan masih didominasi oleh wacana maskulinitas dan/atau patriarkis. Perspektif-perspektif feminis—dengan perkembangan kesejarahan global melalui empat gelombangnya—menawarkan berbagai kerangka kritis untuk membaca keterlibatan perempuan di ranah diskursif dan praktik kekaryaan artistik, misalnya dengan menelisik kembali pola pengabaian seniman perempuan dalam narasi besar sejarah seni atau juga secara aktif mengkaji kerja seni perempuan masa kini yang berkarya dengan kesadaran paradigma feminis. Pembahasan yang berfokus pada karya seni dan bagaimana karya itu diterima dan dinarasikan oleh sejarah masih belum dilengkapi oleh diskusi tentang proses kultural yang seringkali melekat dalam karya akhir seniman perempuan, apapun medium pilihannya. Dalam konteks kerangka pemikiran buku ini, proses kultural dengan ragam bias spektrumnya inilah yang dipahami sebagai ragam metode kerja seni-budaya.
Paradigma feminisme yang akan diketengahkan buku ini merujuk pada suatu diskursus yang jamak dan kompleks, di satu sisi ia eksklusif karena bersumber dari pengalaman siapa pun yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan, sementara di sisi lain ia inklusif mengakomodasi kesetaraan berbagai posisi bicara yang dideterminasi oleh gender, ras, kelas sosial, budaya dan keberbedaan kemampuan fisik maupun mental. Rujukan terakhir ini (inklusif) berimplikasi jika perspektif feminis tidak terbatas hanya pada pengalaman perempuan belaka, tetapi juga pada perbedaan dan keberbedaan lainnya seperti yang disebutkan di atas, termasuk kelompok minoritas seksual.
Pemahaman diskursif eksklusif/inklusif ini berdasarkan pada kesadaran bahwa secara etimologis maupun historis, teorisasi feminisme dan seni—termasuk seni feminis sebagai sebuah kategori konseptual—memang kebanyakan masih bersumber dan berakar pada pembacaan pengalaman politik-kultural-ekonomi Barat/Utara (Eropa-Amerika), yang tercermin dari perkembangan tiga gelombang pertama gerakan/paradigma feminisme sejak akhir abad ke-19 di sana.
Buku ini diniatkan untuk mengakrabi pemikiran dan perspektif feminisme yang diidentifikasi sebagai gelombang keempat, yaitu pembacaan kritis atas paradigma feminisme yang muncul dari pengamatan dan pengalaman kultural di luar langgam Euro-Amerikasentrisme. Pusaran gelombang keempat adalah upaya dekolonisasi terhadap paradigma feminisme yang menjadi hegemonik ketika ia digunakan sebagai lensa untuk meneropong dan menelisik fenomena seni-budaya di situs-situs kultural non-Barat/Utara; dan niscaya termasuk di dalamnya adalah kejamakan pengalaman perempuan di Indonesia.
Kerja penciptaan seni budaya tidak pernah steril dari relasi kuasa, baik yang muncul dari sistem patriarkal lokal, rezim negara, kolonialisme, maupun dinamika sistem kapitalisme global. Awalnya, kebutuhan akan adanya kerja seni berperspektif feminis lahir dari perempuan tetapi pada perkembangannya, kebutuhan ini juga mengakar pada visi keadilan gender yang bisa diciptakan baik oleh perempuan, minoritas seksual ataupun laki-laki.
Berpijak pada pengetahuan dan paparan akan dinamika dan dialektika percakapan yang terjadi di ranah global seperti yang diutarakan di atas, buku ini berniat untuk menelusuri, mendokumentasikan, dan mendiskusikan ragam metode kerja seni-budaya yang berperspektif feminis, baik yang bersumber dari ranah kerja artistik penciptaan seni maupun ranah kerja reproduktif (manajerial, pendanaan, pengorganisasian, dan hal terkait lainnya). Metode-metode kerja seni budaya yang berperspektif feminis dibayangkan bukan saja memiliki visi keadilan gender tetapi juga turut mewartakan politik keadilan ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Ia, karenanya, merambah pengetahuan multi-matra, multi-spasial, dan inter-generasional. Keterbukaan pada ragam pengalaman dan pengetahuan ini dengan demikian menjadikan ruang diskursif buku ini tidak terbatas pada satu disiplin bidang seni/medium ekspresi saja; tercakup di dalamnya antara lain sastra, musik, teater, tari, film, seni rupa/visual, seni wastra, dan arsitektur. Selain itu moda naratif dalam buku ini terbuka bukan saja pada kajian teoretis, tetapi juga tuturan (storytelling), (oto)biografi, tanya jawab/percakapan, atau gaya ungkap lainnya.
Beberapa contoh pertanyaan yang dapat menjadi pemantik ide tulisan untuk buku ini, di antaranya (namun tidak terbatas) adalah:
- Bagaimana praktik pengorganisasian, manajemen dan produksi kesenian yang berprinsip kesetaraan dipraktikkan melalui metode berperspektif feminis?
- Bagaimana sejarawan feminis merumuskan metode penelitian ketika ia berhadapan dengan absennya arsip akibat penghapusan sistemik terhadap narasi perempuan di dalam medan kesenian?
- Bagaimana pilihan pewarnaan alam yang berakar pada tradisi seni wastra (misalnya batik atau tenun) dibaca sebagai politik strategis yang berpihak pada ekologi dan dengan begitu mengambil posisi resistensi terhadap sistem kapitalis yang memuja modernitas industrial?
- Bagaimana etika feminis dipraktikan oleh seorang koreografer misalnya ketika menggarap permasalahan seperti kekerasan seksual melalui penelitian yang melibatkan penyintas sebagai narasumber?
- Bagaimana praktik kuratorial dalam peristiwa seni masa kini menerapkan prinsip-prinsip kerja yang berperspektif feminis, tidak hanya dalam pemilihan karya tetapi juga dalam politik ketubuhan yang tercermin dalam kontak sehari-hari?
- Penulis yang berminat berkontribusi dalam buku ini dipersilakan mengirimkan (a) usulan Abstrak tulisan dengan panjang maksimum 500 kata berikut 5 kata kunci, (b) CV (maksimal tiga halaman), dan (c) satu contoh tulisan baik yang sudah maupun belum diterbitkan. Tiga materi ini dijadikan satu dalam sebuah berkas PDF dan dikirimkan ke alamat email: peretasinfo@gmail.com, selambat-lambatnya tanggal 30 Agustus 2020, pukul 23:59 WIB.
- Usulan tulisan harus gagasan asli dan tidak pernah diterbitkan/dipublikasikan sebelumnya.
- Gambaran bentuk tulisan bisa berupa esai, (oto)biografi, wawancara mendalam, atau format lainnya yang ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baku dengan gaya ilmiah-populer.
- Setiap e-mail yang masuk akan mendapat balasan nota konfirmasi dari Peretas. Hanya penulis terpilih yang akan diberitahu melalui email, selambat-lambatnya pada 3 September 2020.
- Penulis terpilih akan bekerja bersama tiga penyunting (editor) untuk mengembangkan gagasan ke dalam tulisan sepanjang 3500-6000 kata, yang harus diselesaikan pada 10 November 2020.
- Penulis terpilih akan mendapat imbalan sebesar Rp. 5 juta.
***